Bukan hanya dalam menyiapkan materi ajar kemudian sekolah ini membuka paradigma penulis. Pun, dalam pengelolaan kelas sekolah ini mengajarkan pada penulis bahwa aura demokratis perlu dan harus dimunculkan dalam kelas. Alih-alih memberikan anak sekelompok aturan Panjang yang ditetapkan oleh pihak sekolah dan kemudian diterapkan oleh siswa, setiap guru kelas wajib melakukan kegiatan diskusi untuk menentukan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan oleh warga kelas dan bagaimana cara menjalankannya. Prosesnya Panjang, namun hal ini terbukti bahwa selama penulis mengajar di sana mulai tahun 2002-2008, perselisihan antar siswa dan juga kecelakaan di kelas sangat minim terjadi.
Mimpi
Saat penulis mendapatkan kesempatan untuk bekerja di sector pendidikan di daerah di tahun 2018 silam, penulis bermimpi bahwa setiap anak di daerah tempat penulis bekerja bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang ber-khusnuzon pada anak. Bahwa anak punya kelebihan masing-masing, dan bahwasanya stiap potensi anak diberikan ruang untuk berkembang.
Penulis punya mimpi bahwa saat belajar, anak-anak di daerah juga punya kesempatan untuk bisa mengembangkan pengetahuannya sendiri dengan teknik fasilitasi yang baik dari guru sehingga apapun yang anak pelajari akan bisa menjadi bagian dari Episodic Memory anak. Memori yang akan bertahan dalam waktu sangat lama, dan pengetahuan apapun yang tersimpan akan dengan sangat mudah diingat kembali apabila dibutuhkan.
Waktu di SD, pelajaran MTK tidak saya sukai,dan saya lemah dupelajaran itu, sehingga nilai raport utk matematika paling tinggi 65. Banyak guru, orang tua beranggapan anak yang kurang pintar di Matematika itu bodoh, walaupun saya sebenarnya anak yang pintar dibidang Seni dan olahraga,jujur saya tertekan dan suka cemas ketika ada Jadual pelajaran Matematika. Semoga merdeka belajar dapat mengubah paradigma berpikir para Pendidik dan orang tua bahwa anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda sehingga berada pada finish yang tepat sesuai kemampuan nya, tidak ada lagi cap siswa pintar,siswa bodoh hanya ditunjuk dengan Angka (perangkingan)
Amin.
Terima kasih ibu Nora.
Semoga dengan merdeka belajar anak-anak menjadi kian gemar belajar ya bu
Kalau menurut Pak Nadiem, ini disebut Merdeka Belajar. Tana Tidung di Kaltara berusaha melakukannya salah satunya melalui Ujian Sekolah. Sekolah diberi kewenangan menentukan bentuk asesmen. Alhasil, di sekolah dasar mayoritas menggunakan penilaian berbasis proyek.
Proyek di Tana Tidung harapannya melatih kemampuan bernalar anak dalam memecahkan masalah sehari-hari dengan memanfaatkan pengetahuan yang telah dipelajari. Proyek juga membantu anak mempelajari pengetahuan baru.
Menariknya, ada yang proyeknya dikerjakan bersama oleh siswa dan orang tua. Keduanya pun presentasi di kelas.
Alhamdulillah,
Saya amat senang membaca bahwa Tana Tidung dapat menjadi pelopor dalam assessment berbentuk proyek pak Musakkir.
Kalo di bukunya Jay McTighe Understanding by Design kalo ga salah jenis tes seperti ini namanya performance task. Salah tes tingkat tinggi karena mengharuskan anak berpikir dan mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari secara riil
Sukses terus untuk Tana Tidung