MaxFm, Waingapu – Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Daerah Umbu Rata Meha (RSUD URM) Waingapu kembali beroperasi dan memberikan pelayanan kepada masyarakat Kabupaten Sumba Timur, Sabtu (26/12/2020). UGD RSUD URM Waingapu sempat ditutup pelayanannya sejak Kamis (17/12/2020) lalu, karena beberapa tenaga kesehatan (Nakes) nya terpapar Covid-19.
Pembukaan kembali pelayanan di UGD RSUD URM Waingapu ini juga menerapkan prosedur penetapan (protap) baru pelayanan kepada setiap pasien yang membutuhkan pelayanan, dengan harus melalui pemeriksaan rapid antibody terlebih dahulu, dan jika reaktif dilanjutkan dengan rapid antigen, hingga pemeriksaan swab dengan metode Tes Cepat Molekuler (TCM), guna memastikan Nakes yang menerima dan melayani pasien di UGD tidak lagi terpapar Covid-19.
Direktur RSUD URM Waingapu, dr. Lely Harakai, M. Kes. menyampaikan hal ini melalui sambungan telepon dengan Radio MaxFm Waingapu, Sabtu (26/12/2020). Dijelaskannya pembukaan kembali pelayanan di UGD RSUD URM Waingapu dilakukan, setelah memastikan semua Nakes dan keluarga Nakes aman dari paparan Covid-19.
“Kita sudah buka kembali pelayanan di UGD dengan protap baru,” jelasnya.
Dimana saat ada pasien yang datang ke UGD RSUD URM Waingapu, akan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan rapid tes antibodi dan jika hasilnya non reaktif akan langsung diberikan pelayanan di UGD. Namun jika hasilnya reaktif, akan dilanjutkan pemeriksaan rapid tes antigen hingga pemeriksaan swab untuk pemeriksaan melalui metode TCM.
“Kalau reaktif (rapid tes antibodi) berarti kita geser ke UGD lama untuk diambil rapid tes antigen atau swab, untuk kemudian jika terkonfirmasi positif Covid-19, kita langsung tangani di ruang isolasi,” jelasnya.
Dr. Lely menambahkan, langkah ini sebagai bagian dari pembelajaran yang mereka ambil saat sembilan Nakes mereka terpapar Covid-19 sebelumnya, sekaligus upaya managemen RSUD URM Waingapu untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, sekaligus memastikan Nakes mereka tidak lagi rentan dari paparan Covid-19.
“Kalau sebelumnya Nakes kita di UGD menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) tingkat dua yakni masker medis, saat ini kita naikkan dengan memberikan masker NK95,” jelasnya.
Ditambahkannya dengan penerapan protap baru pelayanan ini, tentunya akan terjadi penambahan penanganan terhadap pasien yang membutuhkan pelayanan di UGD RSUD URM Waingapu. Namun ini perlu dilakukan, agar tidak ada lagi Nakes yang terpapar Covid-19. Karenanya bagi warga masyarakat yang nantinya membutuhkan pelayanan di UGD RSUD URM Waingapu diharapkan bisa memahami kondisi ini, sehingga tidak terjadi pertentangan di kemudian hari.
“Pasien yang datang ke UGD itu biasanya butuhkan penanganan segera. Tetapi kita harus melakukan ini, agar Nakes kita aman. Karena kalau Nakes kita terpapar, pelayanan bisa kita tutup lagi seperti kemarin,” ungkapnya.
Mengenai rincian Nakes di RSUD URM Waingapu sebelumnya, dr. Lely menjelaskan terdiri dari tiga orang dokter, tiga orang perawat, satu orang apoteker, satu orang asisten apoteker, dan satu orang petugas customer service.
“Kami akui ada kekeliruan kami sebelumnya, tetapi kami terus berbenah untuk bisa memberikan yang terbaik kepada masyarakat,” akunya.
Mengenai kesigapan Nakes di RSUD URM Waingapu untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat di tengah makin meningkatnya jumlah pasien Covid-19 di Kabupaten Sumba Timur dari transmisi lokal, dr. Lely mengaku sebagai manusia para Nakes juga khawatir akan terpapar Covid-19. Namun sebagai bagian dari tugas pelayanan mereka kepada masyarakat, semua Nakes di RSUD URM Waingapu tetap akan memberikan pengabdian mereka secara maksimal.
“Kami bukan manusia super, kami juga khawatir dengan kesehatan kami dan keluarga kami. Tetapi teman-teman Nakes kami, dan semua jajaran nya hingga cleaning service terus berkorban untuk terus memberikan pelayanan,” ungkapnya.
Diharapkannya dengan situasi saat ini, semua elemen masyarakat di Sumba Timur terus meningkatkan kesadaran untuk patuh terhadap protokol kesehatan yang sudah ada. Karena situasi Pandemi Covid-19 belum diketahui sampai kapan akan berakhir. Bahkan sulit dibayangkan jika nantinya terjadi ledakan kasus positif Covid-19 dari kecamatan-kecamatan yang jauh dari perkotaan dan akses transportasi nya sulit.
“Bayangkan kalau ada kasus dari Kananggar, Pahunga Lodu, atau Paberiwai. Bagaimana bisa dibawa sampai ke Waingapu untuk mendapatkan pertolongan medis. Mungkin bisa dipikirkan untuk dilakukan pembagian wilayah penanganan, dengan memaksimalkan kondisi yang ada saat Ini,” tandasnya.(TIM)