MaxFM,Waingapu – Sudah bertahun-tahun Jeferson Tamu Ama, pematung asal Sumba Timur dengan karya patung khas Sumba mencari lokasi untuk dijadikan studio alam terbuka untuk hasil karya patung yang digelutinya hari demi hari.
Kata Ama (panggilan sehari-hari) keputusan untuk membuat studio alam terbuka hasil pahatannya diambil sekitar Agustus 2019, setelah melewati perjalan panjang mencari lokasi. Saat awal saya mulai di Piarakuku Hills, banyak kerabat yang menyangka saya sedang stress berat dan bisa jadi gila. Tetapi setelah mereka lihat saya mulai menata satu demi satu lokasi di sini mereka jadi tau apa yang menjadi impian saya bahkan bersama masyarakat desa sekitar saling bantu membuat jalan masuk dan merapikan lokasi, ujar Jeferson Tamu Ama di satu siang di puncak Piarakuku selepas Hiliwuku menuju Tanarara dari arah Waingapu.
Jeferson Tamu Ama melanjutkan orang sering menyalahartikan Piarakuku. Orang Sumba sendiri kata Ama, bila jarang duduk di tikar adat dalam pertemuan para wunang (juru bicara) juga jarang mendengar apa sebenarnya arti dari Piarakuku. Masih kata Ama dirinya juga mendengar arti Piarakuku dari beberapa warga di Waingapu ada yang mengira memelihara anak anjing, ada juga yang mengartikan sebagai memelihara kuku dan masih banyak arti lainnya yang ada dalam pemikiran yang sempat tahu nama lokasi ini bukit Piarakuku.
Padahal kata Jeferson Tamu Ama bila didengar dalam pembicaraan para wunang, penyebutan Piarakuku tidak asing dan tidak berdiri sendiri, kata ini selalu berpasangan dengan kata Hiliwuku. Orang di sini mengartikan dalam baitan adat sebagai perempuan muda atau remaja perempuan untuk Hiliwuku dan laki-laki muda atau remaja laki-laki untuk Piarakuku.
Sehingga kata Jeferson Tamu Ama, dirinya mengartikan bukit Piarakuku ini sebagai bukit Laki-laki muda Sumba yang tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan hidup, sesuai dengan alam Sumba yang terkenal keras.
Siang itu di awal Februari 2020 ketika matahari berada tepat diatas kepala terlihat Jeferson Tamu Ama dengan tekun memahat bagian batu dari patung seorang tokoh nasional, dan bagian yang sedang dibentuk adalah seperti pintalan kain yang terikat dipinggang, dengan hati hati Jeferson Ama menggunakan pahat dan linggis untuk membentuk model seperti yang diinginkan.
Menjelang sore hari itu, orang makin ramai berdatangan ke bukti Piarakuku, ada yang datang seorang diri, ada juga yang datang dengan rombongan menggunakan mobil, dan hampir semua yang datang memakai kesempatan melakukan swafoto di bukit Piarakuku.
Thyna Lobo salah satu warga Waingapu yang hari itu datang bersama rombongan untuk menikmati keindahan bukit Piarakuku mengatakan lokasi ini sangat bagus. “Semua sudut bukit bisa digunakan untuk swafoto, terutama di dekat patung hasil karya Ama, kalau ambil foto pas matahari mau masuk atau saat matahari terbit di dekat pahatan batu buah hati pasti eksotik hasil fotonya, foto di dekat pahatan batu berbentuk hati cocok untuk yang sedang jatuh cinta,” kata Thyna Lobo
Sementara itu pengunjung bukit Piarakuku dari Waingapu Jublina Djami yang datang bersama kawan-kawannya mengatakan ini kali pertama dirinya datang ke Piarakuku Hills dan pasti akan datang lagi karena kagum atas keelokan Sumba yang dilihat dari atas bukit Piarakuku.
“Dari atas Piarakuku Hills kita seolah-olah berada di bagian tertinggi pulau Sumba dan dekat dengan langit, apalagi bukit-bukit disekitarnya terlihat hijau karena ditumbuhi rumput segar saat awal musim hujan menambah indahnya bukit Piarakuku, seolah-olah ada yang melukis indah alam disekitar Piarakuku Hills,” kata Jublina Djami.
Sekitar 10 tahun lalu saya ( Heinrich Dengi ) bersama jurnalis MNC Group Dionisius Umbu Ana Lodu meluncur ke rumah Jeferson Tamu Ama di Tana Rara kecamatan Matawai Lapawu untuk melihat dari dekat kerja pematung Jeferson Tamu Ama yang sudah menghasilkan ratusan patung dengan motif khas Sumba dan menggunakan peralatan sederhana.
Kala itu yang kami lihat patung yang dihasilkan Jeferson Tamu Ama sebagian besar dipajang di sekitar rumah di Tana Rara, patungnya mulai dari ukuran kecil sampai ada yang tinggi lebih dari 2 meter dengan ketebalan sekira 20cm bahkan ada yang lebuh tebal dari 20 cm. Bahan baku batu kata Jeferson Tamu Ama melimpah di sekitar rumahnya.
Waktu cepat berlalu, karya Jeferson Tamu Ama berupa pahatan batu menggunakan peralatan seadanya sudah tersebar hampir di seluruh Sumba baik di rumah prbadi, di hotel, di kuburan dalambentuk Penji bahkan ada juga karyanya di luar Sumba, dengan kualitas batu alam terkenal keras dari Tana Rara.
Kini sudah waktunya Jeferson Tamu Ama mempunyai studio alam terbuka di Piarakuku Hills, di lokasi ini Ama bekerja setiap hari membentuk sedikit demi sedikit batu keras dari alam Tana Rara menjadi bentuk yang ingin dibuatnya yang gambarnya ada di kepala Ama. Batu hasil pahatan itu saat ini mulai ditata satu persatu di sekitar Piarakuku Hills dan bisa dijadikan objek foto atau swafoto bahkan video oleh siapa saja.
Kata Jeferson Tamu Ama apa yang dilakukannya di Piarakuku Hills menjadi bukti kecintaanya terhadap Sumba.
Untuk sampai ke Piarakuku Hills tidaklah sulit, dari Waingapu perjalalan dengan motor atau mobil diarahkan ke arah timur menuju Kawangu, tiba di depan Puskesmas Kawangu ambil jalan arah ke kanan, mengikuti jalan beraspal, kemudian berturut akan melewati Laindeha, Hiluwuku sebelum tiba di Piarakuku Hills. Jalan aspal mulus hampir sepanjang perjalan membuat suasana perjalan nyaman tanpa hambatan berarti. Bila perjalanan dengan kecepatan sedang waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan.
Salut kepada Jeferson Tamu Ama yang memiliki karya luar biasa untuk dinikmati bersama
.🙏🌷🌷🌷