Scroll to Top
Tarian Adat Sambut Persembahan Klasis-Klasis Se-Sumba Timur
Posted by maxfm on 7th November 2019
| 4211 views
Para Penari dan Wunang Menambut Jemaat Klasis Se Sumba Timur Untuk mendukung SR PGI XVII {foto: Heinrich Dengi]

MaxFm, Waingapu – Tarian adat Sumba dan sapaan wunang alias juru bicara dalam tata adat Sumba menjadi bagian penting dalam menerima persembahan yang dibawa oleh 17 klasis dan sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumba Timur, yang berlangsung di halaman depan Gereja Kristen Sumba (GKS) Jemaat Payeti, Rabu (6/11). Sambutan dengan tarian adat dan sapaan wunang ini sebagai bagian dari keterbukaan gereja terhadap nilai-nilai budaya positif.

Pantauan media ini, Rabu (6/11) sejak pukul 09:00 Wita, para pendeta dan jemaat GKS Payeti sudah berada di sekitaran halaman Gedung Kebaktian GKS Jemaat Payeti untuk menyambut dan menerima persembahan-persembahan yang dibawa oleh klasis-klasis untuk mendukung suksesnya pelaksanaan Sidang Raya PGI XVII tahun 2019 yang akan berlangsung mulai Jumat-Rabu (8-13/11) mendatang.




Karena itu, tim penabuh gong dan gendang juga ikut bersiaga di depan pintu gerbang utama GKS Payeti untuk mengiring anak-anak penari penjemput, dan juga peserta yang ikut menari saat memasuki halaman depan GKS Payeti, sebelum akhirnya bersalaman dengan Ketua Badan Pelaksana Majelis Jemaat (BPMJ) GKS Payeti, Pdt. Yuliana Ata Ambu, para pendeta lainnya, dan panitia lainnya untuk kemudian mengambil tempat di kursi-kursi yang sudah disediakan panitia.

Para Penari dan Wunang Menambut Jemaat Klasis Se Sumba Timur Untuk mendukung SR PGI XVII [foto: Heinrich Dengi]
Para Penari dan Wunang Menambut Jemaat Klasis Se Sumba Timur Untuk mendukung SR PGI XVII [Foto: Heinrich Dengi]

Beberapa saat kemudian, Bupati Sumba Timur, Gidion Mbilijora, Wakil Bupati Sumba Timur, Umbu Lili Pekuwali, Sekda Kabupaten Sumba Timur, Domu Warandoy, dan sejumlah pejabat teras Kabupaten Sumba Timur ikut bergabung di halaman depan GKS Payeti untuk menerima klasis-klasis dengan persembahan yang dibawanya. Bahkan Bupati Sumba Timur, Gidion Mbilijora sempat ikut menari bersama para penari penjemput dan sejumlah jemaat dari klasis-klasis yang masuk.

Ketua BPMJ GKS Jemaat Payeti, Pdt. Yuliana Ata Ambu menjelaskan pemilihan penerimaan persembahan secara budaya ini dilakukan sebagai bagian dari bagaimana menghargai nilai-nilai budaya positif yang dipegang teguh masyarakat Sumba Timur dan masyarakat Sumba pada umumnya. Pilihan penerimaan secara budaya ini juga sebagai bukti bahwa gereja tidak menentang budaya.



“Gereja mau menyampaikan bahwa gereja menyadari bahwa masyarakat hidup terlebih dahulu dengan budayanya. Karena itu, injil Kristus juga pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat Sumba melalui pendekatan budaya. Jadi nilai-nilai budaya yang relevan dengan ajaran Injil, kita akomodir dan kita tetap terapkan dalam pengajaran akan terang Kristus,” urainya.

Mengenai jumlah persembahan yang diberikan dari 17 klasis dan sejumlah OPD lingkup Pemkab Sumba Timur, Wakil Ketua I Badan Pelaksana Majelis Sinode (BPMS) GKS ini menguraikan, sesuai dengan data yang diterima panitia, total persembahan yang masuk adalah 41 ekor babii, 61 ekor sapi, satu ekor kerbau satu ekor kuda, satu ton ikan, beras tujuh ton, jagung 40 ikat, dua ikat rumput laut, dan uang tunai sebesar Rp 200 juta lebih.

Para Penari dan Wunang Menambut Jemaat Klasis Se Sumba Timur Untuk mendukung SR PGI XVII [Foto: Heinrich Dengi]

“Kita lihat ini sungguh luar biasa persembahan jemaat kita dari klasis-klasis dan juga dari teman-teman dari sejumlah OPD. Tadi ada dari satu klasis yang bawa beras 1200 kilo gram, yang artinya lebih dari satu ton, dan paling sedikit 200 kilo gram satu klasis. Jadi ini tentunya akan sangat membantu kita dalam menyukseskan jalannya Sidang Raya,” urainya.



Ketua panitia pelaksana, drh. Yohanes Praing secara terpisah, mengaku trenyuh melihat banyaknya persembahan yang dipersembahkan oleh jemaat dari klasis-klasis untuk suksesnya kegiatan ini. Pasalnya keadaan ekonomi jemaat GKS sampai saat ini dapat dikategorikan dalam keadaan ekonomi menengah kebawah. Karena itu, besaran persembahan ini benar-benar sungguh luar biasa baginya dalam keadaan jemaat yang ada saat ini.

“Ini mereka memberi dari keterbatasan mereka. Jadi bukan karena mereka sedang berkelimpahan, sehingga sungguh membuat saya terharu melihat semua ini. Karena kami ini majelis dan tahu keadaan ekonomi jemaat kita, dan besarnya persembahan jemaat ini, sungguh tidak terbayangkan bagi kami,” urainya.(ONI).

Show Buttons
Hide Buttons