MaxFM, Waingapu – Serangan hama Belalang kembara yang meresahkan warga Kabupaten Sumba Timur pada tahun 2 tahun terkahir , membuat Universitas Kristen Wira Wacana Sumba lewat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyrakat ( LPPM )bekerja sama dengan PT. Muria Sumba Manis, melakukan talk show di radio Max Fm Waingapu Senin (06/08/2018).
Kegiatan talk show ini sebagai langkah menyebarluaskan pengetahuan ilmiah dalam upaya pencegahan terkait belalang kembara agar tidak merugikan warga Sumba Timur terlebih khusus petani karena bisa menyebakan kerusakan tanaman hingga petani tak bisa memanen hasil pertanian seperti pada tahun 2016 dan 2017.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Waingapu, Bambang Herwanto mengatakan cuaca yang berubah dalam 3 hari terakhir hujan ringan karena pulau Sumba berdekatan dengan Australia, cuaca di Australia mempengaruhi cuaca di Sumba, hal ini karena yakni pergerakan masa udara yang membawa uap air ke Selatan NTT, padahal biasanya bulan Juli dan Agustus ini tidak hujan.
“Analisis kita bulan depan sekitar September 2018 sampai Januarai 2019 akan memasuki El Nino dengan intesitas lemah, berarti berkurangnya curah hujan di Sumba, namun karena suhu muka laut kita panas, dampaknya tidak terlalu sigifikan, kalau dampak El Nino akan membawaangin kering, tetapi karena suhu muka laut kita panas maka dampaknya tidak terlalu signifikan,” jelas Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Waingapu, Bambang Herwanto.
Hasil yang kita ukur curah hujan di Waingapu pada bulan terakhir 19 mm, untuk bulan ini masih normal yang tidak normal itu bulan Juli dan Agustus itu yang dinamakan anomali cuaca. Untuk prediksi kita satu sampai dua hari kedepan tidak hujan karena tekanan udara di Australia tinggi jadi tekanan akan bergerak dari tinggi ke rendah sehingga menyebakkan dingin seperti pada bulan-bulan yang lalu.
Siti Suryani, Ketua LPPM UNKRISWINA Sumba, mengatakan sesuai referensi ketika ada curah hujan di periode kering bisa membuat perkebangan belalang semakin pesat.
“Trend tahun ini sama seperti dua tahun sebelumnya, dalam satu kantung telur bisa 60 telur maka akan menghasilkan belalang dewasa yang bisa beterbangan sangat jauh dan menjangkau daerah yang sangat luas,” jelas Ketua LPPM UNKRISWINA Sumba Siti Suryani
Mariana Mooy, Ketua Pengabdian Kepada Masyarakat, UNKRISWINA Sumba, menjelaskan belalang memang sudah ada di padang dan keberlangsungan hidup belalang kembara sangat bergantung pada cuaca.
“Ketika curah hujannya 80 mm maka akan mempercepat penetasan namun bila sampai 260 mm maka akan merusak penetasan belalang kembara. Belalang kembara tersebar di ekologi padang rumput sehingga tidak terpantau karena Kita tidak punya sitem monitoring yang baik,” jelas Mariana Mooy, Ketua Pengabdian Kepada Masyarakat, UNKRISWINA Sumba.
Menurut manager Riset and Development PT.Muria Sumba Manis, Dr. Eko Budi Widayanto , belalang kembara biasanya akan berkembang pada padang-padang yang ada airnya seperti pada dua tahun lalu. Kata dia belalang banyak di indonesia seperti di Lampung dan Kalimantan Barat, sedangkan di Sumba pernah terjadi pada tahun 1998. Ledakan belalang dua tahun lalu tidak sebesar 1998 sehingga bisa cepat teratasi.
Untuk mencegah berkembangnya belalang Kembara menyebar luas, pihak LPPM UNKRISWINA Sumba mencoba melakukan pengendalian secara ramah lingkungan bersama stakehorlder yang lain.
Salah satu pengendalian perkembembangan belalang yang pesat bisa dilakukan dengan menggunakan musuh alami seperti burung endemik sumba, sehingga perlu dicegah perburuan atau penembakan burung-burung di padang savana dengan menggunakan senapan angin.
Selain itu mengajak warga untuk monitoring di padang sekitar untuk menginformasikan kalau ada kumpulan belelang lebih dari 10 ekor sehingga bisa diambil tindakan pencegahan.
Pencegahan yang dilakukan unkriswina yang didukung pt msm dengan melakukan pengendalian secara ramah lingkungan dengan produk dengan yang dihasilkan dari petani
“Cara mengendalaikan dengan ramah lingkungan dengan bahan sekitar kita dengan daun nimba, akar tuba lalu ditumbuk dan didiamkan 3 hari dicampur air lalu ditambah perekat dengan telur dengan ditambah detergen sedikit agar mampu membunuh serangga,” kata Mariana Mooy.