MaxFM, Waingapu – Bayi kembar Santi Rambu Lokat dan Sinta Ananda Rambu Nahu yang terkena hidrosefalus sejak satu setengah tahun lalu, mengalami gizi buruk.

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Umbu Rara Meha, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, NTT, dokter Lely Harakai meminta ibu bayi kembar yang terserang hidrosefalus agar mau membawa bayinya untuk dirawat di rumah sakit.

Permintaan ini disampaikan dokter Lely Harakai siang tadi, saat mengunjungi rumah keluarga Yulius Wuku Lalupanda dan Orpha Dunga Hau di Tanah Wurung, untuk melihat dari dekat kondisi Sinta dan Santi, kata dokter Lely Harakai, paling lambat esok Minggu (16/10/2016) sudah ada keputusan keluarga untuk membawa Sinta dan Santi ke rumah sakit, pihaknya kata dokter Lely akan mengirim ambulance untuk menjemput kedua bayi ini uagar segera bisa dirawat.

“Tapi sekarang kita rawat dulu untuk memperbaiki kondisi umum, supaya pas di meja operasi dia kuat,” kata Direktur RSUD Umbu Rara Meha dokter Lely Harakai, Sabtu (15/10/2016).

Lanjut dokter Lely Harakay, selain alternatif pertama untuk membawa bayi kembar Santi dan Sinta untuk berobat ke Bali, pihaknya sedang mempertimbangkan untuk kasus ini bisa dilakukan operasi di Waingapu dengan cara tele medisin.

“Jadi saya bilang sama Kak Heinrich, kenapa kita tidak pake tele medisin saja, tinggal kerjasama dengan telkom, jadi kita punya ahli di sini bedah umum operasi, tetapi operasinya dipandu oleh rumah sakit pengampu sudah punya spesialis bedah saraf atau bedah kangker, atau bedah apa, tergantung kasus di sini, nanti di sana pandu misalnya begitu begitu,” jelas dokter Lely Harakai.

Sementara itu, setelah berita bayi kembar Santi dan Sinta yang terserang hidrosefalus diberitakan diberbagai media, banyak respon datang dari penjuru Indonesia, antara lain komentar di media sosial dari Ria Desy Saputra ”Aku teruskan ke Kemntrian Sosial,dan juga sudah diteruskan ke Kemenkes, semoga bisa segera tertangani.”

Sebelumnya diberitakan bayi kembar Santi dan Sinta terserang hidrosefalus sejak satu setangah tahun lalu dan belum mendapat pengobatan memadai.