MaxFM, Waingapu – Tidak ada kata terlambat untuk belajar, apalagi belajar dalam kehidupan ini, tidak ada kata berhenti.
Kelompok tani organik JOS, baru saja berjalan sekitar 1 bulan lebih. Di kelompok ini ada yang mama-mama, nyong-nyong, nona-nona, ada yang masih sekolah sma, mahasiswa, pokoknya beragam.
Ada yang sedang tanam sayur tetapi tidak tahu cara yang baik untuk menghasilkan panen baik, ada yang baru menenam di polibag, bahkan ada yang baru sekali ini mulai belajar tanam sayur, juga ada yang selama ini sudah mengajar ke kelompok yang buta huruf cara bertanam sayur, dan cara bertananam ini dipakai sebagai cara masuk untuk mengajar kelompok yang selama ini belum bisa baca huruf.
Menyenangkan sekali mereka bisa tergabung dalam kelompok tani organic JOS, Jangan Omong Saja.
Setalah masa belajar mengolah tanah, menyemai 2 tanaman, sekarang sudah masanya menanam.
Polibag Daun Pisang
Semaian kol pada 31 Agustus 2013, dimulai dengan pembuatan polibag daun pisang sebagai pekerjaan rumah yang harus diselesaikan anggota kelompok.
Masing – masing membuat lebih dari 100 polibag daun pisang, saat pertemuan kelompok tinggal memasukkan kompos ke polibag daun pisang, mengatur rapi dalam bedeng semai dan bibit di taruh di wadah semai.
Tidak gampang lho cara menaruh bibit kol untuk disemai, pembimbing kelompok dari Ikatan Petani Pengendali Hama Terpadu IPPHTI Rahmat, memberikan contoh cara menyemai bibit kol, menggunakan sedikit bedak tabur.
Mengagetkan bagi anggota kelompok, apa perlunya bedak tabur yang harum itu untuk menyemai bibit kol.
Cukup lama menanti semaian kol untuk dipindahkan ke bedeng tanam, waktunya hampir sebulan kalau dihitung hari, tetapi bagi petani yang sudah mahir ada cara lain untuk melihat apakah bibit siap dipindah, cukup dengan mengitung jumlah daunnya.
Dua minggu setelah kol disemai, baru anggota kelompok menyemai bibit semangka. Dan tidak butuh waktu terlalu lama, semangka yang disemai anggota kelompok tani organik JOS, hanya butuh waktu 2 minggu untuk siap dipindah, terlihat bibit semangka segar dan subur.
Merawat Kol dan Semangka
Untuk menyiram tanaman kol dan semangka, anggota kelompok diajar untuk tidak boros air, apalagi saat sekarang musim panas menyengat, tanaman disiram pagi dan sore, setiap kali siram cukup menggunakan air dengan ukuran 1 gelas air mineral dan air diambil dari sungai dekat kebun belajar, jadi untuk sekali menyiram kol sekitar 300 pohon dan semangka 300 pohon hanya dibutukan sekitar 10 ember yang masing-masing isinya 7 liter.
Dalam kesempatan belajar ini, kelompok juga diperkenalkan menggunakan mulsa (plastik).
Di lahan belajar ada 4 bedeng semangka menggunakan mulsa, 1 bedeng tidak menggunakan mulsa, bedeng semangka yang tidak menggunakan mulsa milik 3 orang anggota kelompok. 2 cara ini tanam semangka ini sengaja dipakai untuk bahan pembanding bagi anggota kelompok.
Untuk menyiram, selain mengambil air dari sungai dan menyiram seperti biasa, juga dikenalkan menyiram menggunakan kran putar. Kran putar diikiat di sebuah bambu yang ditancap ke tanah, saat kran berputar yang didorong mesin dan air terpancar keluar darinya, anggota kelompok bisa mengerjakan pekerjaan lainnya.
Berharap saat panen tidak lama lagi dan proses belajar ini makin menyenangkan dengan akan menanam jenis tanaman lainnya, seperti pitsai, kol bunga, tomat, ketimun dan jenis lainnya.
Dalam keyakinan saya, menanam sayur di lahan belajar ini, menjadi salah satu cara untuk memberitahu warga bahwa tanahnya subur dan diberkati oleh Yang Kuasa. Hanya karena ketidak tahuan sajalah jadi tanah-tanah ini dibiarkan begitu saja.
Dengan begitu, jika saja masayarakat diajar dengan cara-cara yang sederhana dan gampang dimengerti, pastilah tanah-tanah yang dimiliki masyarakat bisa diolah untuk menanam beragam jenis sayur yang akan meningkatkan kesejahteraan dan tentu saja keuntungan secara ekonomi sangat menggiurkan.
Kami hanya mulai dengan kelompok kecil, siapa lagi yang akan ambil peran?
( Heinrich Dengi )